11/23/2008

SILHOUETTE

Masihkah memandang dengan mata memendar kemilau seperti suatu saat
dimana senja menebarkan cahaya keemasannya disebalik gunung gunung…?,
dan masihkah ada jiwa itu …
yang begitu serasa menyatu tatkala suatu saat dulu menatap dari balik
jendela… dan hati yang bercengkerama dihamparan taman bunga dengan
riang kesukaan dan biru kerinduan…
…disini,
ingatan tak pernah hanyut diarus waktu, meski berjuta detak jantung
dinding berdentang keras mengusai keheningan malam, senantiasa
mengusung hasrat dan memajangnya tinggi disisi purnama…
laksana keabadian, kesejatian lukisan tak pernah susut kemenawanannya…
laksana telaga, lansekapnya masih mengujar senyum jelita seolah
keanggunan adalah setangkai bunga bagi sebuah kekaguman…


Dan bagaimana kerinduan itu mrngalir deras diatas tubuhku, dengan biru
kecantikkannya telah merengkuh segala keinginan selain hasrat
tenggelam dalam nyanyianmu, dan bagaimana hari hari telah menyodorkan
segenggam kesakitan, dan indah kesunyian dalam genggaman yang lain,
dan menaburkan keatas dadaku yang tak ingin ia lepas berlalu begitu
saja, sehingga harapan inipun bersemayam dalam keheninganmu…


Meski pernah bersembunyi dibalik cadar keraguan, dan ia pernah menjadi
begitu samar oleh kabut kabut menaungi, namun keabadiannya tak pernah
pudar sedari salju pertama luruh dibening tatapan, lalu kini… inilah
kesungguhannya memenuhi segenap ruang ruang jiwa, oleh segala canda,
oleh derai tawa dan untuk airmata yang telah tumpah bila semangat
serasa lelah nak melangkah…
Untuk ingatan, yang memapah bangkit atas setiap kejatuhan… dan
kenangan yang menyala dengan sinarnya memendar kemilau pelangi
menuntunku menyusuri jalan jalan penuh liku…
Dan untuk kehangatan membelai dari lembut tatapan yang telah menggugah
keheningan itu menjadi hamparan setaman warna dan semerbak harum
bunga, dimana telah kutidurkan hati diantara kelopak kelopak yang
merekah, membiarkanku hanyut diarus semerbak menggiringku jauh
melayang…, tetapi mengapa saat kenyataan tersentuh kebenaran cermin
melukisku dengan wajah muram penuh nestapa…?, dan senantiasa mendapati
kesendirian yang merenung dalam pengenangan itu…


Titipkanlah kepada angin senandung merdu sehingga disini tak lagi
hanya hampa menyapa, usapkanlah lembut jemarimu melalui awan sehinngga
tak lagi hanya dingin titik air hujan membasahi, ingatlah suatu saat
dulu pernah memandang dengan tatapan mata biru…
Lalu takkan lagi peduli rentang waktu meski ia menginjak luluh langkah
langkah perjalanan…dan tak kunilai harapan ini seharga deru kengerian
dan derap ketakutan sebab iakan menjadi lebih tinggi dari badai yang
menghempaspun dari tujuh samudara matahari dan lautan purnama.
"Ini keheningan mengiringi tarian jemari…
dalam pulasnya malam dan lukisanku menepi menghampiri cakrawala
tatkala biru matamu masih kuukir dengan kata kata kerinduan…dan hangat
kehadiranmu…
masih terasa begitu erat mendekap keheningan.





coretan by rio

0 komentar:

Posting Komentar

Go Ahead :)

Template by - Ice Coklat